Rabu, 27 April 2011

lempuk bengkalis

Lempuk Durian Bengkalis

Siapa yang tak kenal dengan lempuk durian. Makanan khas Riau dari Kabupaten Bengkalis ini bahkan sudah melalang buana hingga ke manca negara Lempuk durian Bengkalis hampir tak mengenal musim. Hal ini sangat beralasan. sebab di Bengkalis, durian hampir ada sepanjang tahun. "Orang-orang banyak bertanya, mengapa lempuk durian di Bengkalis tak pernah hilang. Saya lantas menjawab, di Bengkalis musim durian tak pernah putus. Makanya lempuk selalu dapat diproduksi,"tukas Linda, Pegawai Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Bengkalis.

Linda menambahkan, lempuk tahan cukup lama. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya sangat alami, tanpa bahan pengawet. Rasa manis dan aroma khas durian, menjadikan lempuk begitu lezat untuk disantap. Meskipun daerah lain mencoba untuk membuat lempuk serupa berbahan durian, tapi aroma serta cita rasa yang dihasilkan tidak akan sama dengan buatan asli orang Bengkalis. "Bahkan rasa lempuk yang khas serta bentuknya yang unik seperti dodol berukuran besar, menjadikan orang Sulawesi penasaran,' ujar Linda. Karena lezatnya lempuk durian, stand Kabupaten Bengkalis di arena Riau Expo 2009 di Purna MTQ Pekanbaru selalu ramai dikunjungi. Umumnya warga mencari lempuk." Hari pertama saja, lempuk durian sudah diborong orang. Bahkan kami terpaksa menambah lagi," cerita Linda.

Linda berharap lempuk durian Bengkalis akan menjadi makanan andalan Riau. "Kita sangat berharap keberadaan lempuk di Bengkalis tak tergerus oleh makanan lain dari luar daerah, serta makanan impor dari luar negeri,' harapnya.

sejarah bengkalis


Sejarah Terbentuk Nama Bengkalis

Bengkalis merupakan Kabupaten dengan julukan Negeri Junjungan, pusat kota terletak di Kecamatan Bengkalis terdiri dari etnis Melayu, Tionghoa, Jawa, Batak, Minang dengan mayoritas penduduknya adalah Melayu. Asal mula terbentuknya nama Bengkalis berawal dari kedatangan Tuan Bujang alias Raja Kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah beserta pembantu dan pengikutnya pada tahun 1722 di kepulauan Bengkalis. Diambil dari kata "Mengkal" yang berarti sedih atau sebak dan "Kalis" yang berarti tabah, sabar dan tahan ujian. Raja Kecil mengungkapkan kepada pembantu dan pengikutnya "Mengkal rasanya hati ini karena tidak diakui sebagai Sultan yang memerintah negeri, namun tidak mengapalah, kita masih kalis dalam menerima keadaan ini" ketika ingin merebut tahta kerajaan Johor. Sehingga menjadi buah bicara penduduk bahwa baginda sedang Mengkal tapi masih Kalis, akhirnya ucapan itu menjadi perkataan "oh baginda sedang Mengkalis". Dari kisah ini timbullah perkataan Mengkalis dan lama kelamaan perkataan ini berubah menjadi "Bengkalis"
Adapun kedatangan Raja Kecil beserta pembantu dan pengikutnya disambut oleh Batin Senggoro, Batin Merbau, Batin Selat Tebing Tinggi dll. Raja Kecil adalah pewaris Raja Johor, sehingga membuat batin-batin tersebut lebih hormat dan mereka mengusulkan agar Raja Kecil membangunkan kerajaannya di pulau Bengkalis. Namun melalui musyawarah beliau dengan Datuk Laksemana Bukit Batu, Datuk Pesisir, Datuk Tanah Datar, Datuk Lima Puluh, Datuk Kampar dan Para Batin disepakati bahwa pusat kerajaan di dirikan didekat Sabak Aur yakni di Sungai Buatan salah satu anak Sungai Siak. Sehingga pada tahun 1723 dibangunlah pusat kerajaan dan berkembang menjadi Kerajaan Siak Sri Indrapura. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Bengkalis pernah menjadi basis awal kerajaan Siak dan dibengkalis pulalah wawasan mendirikan kerajaan Siak dimufakati. Jauh sebelum kedatangan Raja Kecil, Bengkalis telah menunjukkan peran penting dalam arus lalu lintas niaga di Selat Melaka, terutama sebagai tempat persinggahan saudagar yang keluar masuk Sungai Siak.
Postingan Terkait Lainnya : Bengkalis

Minggu, 24 April 2011

TAMAN NASIONAL BUKIT SULIGI

  ,
 
Taman Nasional Bukit Suligi adalah wisata alam andalan Wisata Riau. Taman Nasional Bukit Suligi memiliki jenis flora dan fauna yang dilindungi oleh pemerintah, ada danau yang indah di dalam taman ini  yang dijadikan sebagai tempat rekreasi bagi masyarakat yang berkunjung. Selain berekreasi tempat ini dijadikan tempat penelitian biologi yang membuat tempat ini menarik. Terdapat sumber air panas yang tidak terlalu besar serta goa-goa dan seramnya hutan yang lebat. Dan bagi penggemar adventure tourism seperti arung jeram juga ada disini. Bagi para wisatawan yang ingin bermalam ditempat ini disediakan camping ground.



Bukit Suligi National Park is a natural tourist mainstay Riau Tourism. Bukit Suligi National Park has unique flora and fauna that are protected by government. There is a beautiful lake in the park that is used for recreation by the visitors. Apart from recreation this place is also used for biological research. There is also hot spring that is not too big, cave and thick forest for those who one to stay overnight there is a camping ground available 


2

DANAU CIPOGAS

 ,


Danau Cipogas terletak di Desa Haiti dan Desa Sialang Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Di Danau Cipogas terdapat Bendungan Kaiti terdapat batu-batuan yang besar dengan aliran sungai dari kaki Bukit Haorpit yang terjal dan berbatu, konon dahulu kala tempat petua-petua melakukan semedi/pertapaan. Daerah ini memiliki cerita/dongeng yang dapat kita tanyakan kepada juru kunci daerah ini. Daerah Cipogas dan Bendungan Kaiti dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua sekitar 4 km dari Pasirpengarayan serta bersimpangan dengan objek Air Panas Pawan dan Goa Huta Sikafir, disamping itu bendungan yang genangan airnya menjadikan tempat ini cocok untuk berekreasi sambil mendayung kereta air yang dapat disewa kepada pemilik kereta air di sekitar danau, kegiatan ini lebih cocok untuk melihat tebing batu-batu sungai sepanjang danau ke hulu Sungai Cipogas, di hulu sungai ini tidak jauh berjalan ada tebing yang terjal untuk kegiatan panjat tebing, di sini selalu dijadikan kegiatan pertandingan panjat tebing alam

DANAU CIPOGAS DI KECAMATAN RAMBAH ROKAN HULU, RIAU
SEPEDA AIR DI OBJEK WISATA DANAU CIPOGAS


Cipogas Lake Village is located in Haiti and the village of beehive Rambah Rokan Hulu District. In Lake Cipogas there   Kaiti Dam. Huge rocks with river flowing from Haorpit hills that is steep and rocky was said to be a place for meditating. This area has a legend that we can ask the guardian of the area. Cipogas area and Kaiti dam is accessible by motorbike. It is about 4 km from Pasirpengaraian. Water releases from the dam make it suitable for recreation. You can rent the water cycle. This activity will allow you to see the rock by the river bank from one end of the river to Cipogas river. You can also do rock climbing


DANAU CIPOGAS DAN BENDUNGAN KAITI DI ROKAN HULU









































































2

ISTANA RAJA ROKAN

 , ,


Istana Rokan (Rumah Tinggi) terletak di Desa Rokan IV Koto kira-kira sekitar 46 km dari Pasirpengaraian. Istana Rokan adalah peninggalan dari kesultanan “Nagari Tuo” berumur 200 tahun. Istana dan beberapa rumah penduduk sekitar ini memiliki koleksi ukiran dan bentuk bangunan lama khas Melayu (Rumah tinggi).



Rokan Palace . It is located in Rokan VI Koto Village about 46 km from Pasirpengaraian. Rokan Palace was left behind from the kingdom “Nagari tuo” about 200 years ago. The palace and a few houses in that area have a unique collection of carving and the design which is uniquely Malay.


 
5

MAKAM RAJA RAMBAH


 
Makam Raja-Raja Rambah terletak di Desa Kumu sekitar 9 Km dari Pasirpengaraian dan masuk sekitar 100 meter dari jalan propinsi dengan kondisi jalan semenisasi. Daerah ini adalah bekas Kompleks kerajaan Rambah yang terakhir, terdapat beberapa makam Raja Rambah yang terkenal. Masuk ke tempat ini berkesan suasana angker dikarenakan makam-makam telah ditumbuhi kayu-kayu besar, ada salah satu makam raja Rambah yang dilindungi oleh urat-urat kayu ara sehingga makam tersebut seperti terletak di dalam pangkal kayu sehingga para peziarah melihat makam harus merunduk masuk kedalam jalinan urat kayu ara tersebut.
 
Rambah Kings Tomb. It is located in Kumu Village about 9 km from Pasirpengaraian and it is about 100 meters from Jalan Propinsi. This used to be the last King of Rambah Complex. There are a few tombs of the famous of kings of Rambah. This area is quite spooky because the tombs have huge trees growing from
1

BENTENG TUJUH LAPIS

 , ,
 
Benteng tujuh lapis berada di desa Dalu-dalu, Kecamatan Tambusai sekitar 23 km dari makam raja-raja Rambah. Benteng tanah yang dibuat masyarakat dalu-dalu pada zaman penjajahan Belanda, atas petuah Tuanku Tambusai di atas bumbun tanah ditanam bambu atau aur berduri. Bekas benteng tersebut yang ditinggalkan Tuanku Tambusai pada tanggal 28 Desember 1839. Di sekitar daerah dalu-dalu ini juga terdapat beberapa benteng-benteng yang disebut Kubu.



Seven Layers Fort

Seven Layers Fort is located in  Dalu-dalu village, Tambusai district about 23 km from kings of Rambah tombs. This wall made from soil were built by the community during the Dutch occupation based on advise from Tuanku  Tambusai on the top of wall there bamboo or thorns. Throughout this area, there are a few walls that are called Kubu (fortress).
0

BANDARA PASIR PENGARAIAN

 ,
Share BANDARA PASIR PENGARAIAN


Bandar Udara Pasir Pengaraian adalah bandar udara yang terletak di Desa Danausati, Kecamatan Rambah Samo, Kabupaten Rokan Hulu. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu 1.300 x 23 m.



SUMBER : BANDARA DI PROVINSI RIAU
0

Air Terjun Aek Martua (Aek Waterfall Martua )

 ,

 
 
Aek Martua is the name of a river in the Village area Bangun Purba Tangun District Rokan Hulu in Riau Province. This river is located in a hilly area which is often also called by local people with the name "Bukit Simalombu". This region is a natural forest Forest Park status. Aek Martua name comes from Mandailing tribal languages meaning "Air Bertuah", which the majority of these villagers are tribal Mandailing.

0

KERAJAAN ROKAN IV KOTO

 , ,

Kerajaan Rokan terdapat di Desa Rokan IV Koto Kabupaten Rokan Hulu.
Raja Raja yang pernah memerintah di Kerajaan Rokan IV Koto
Raja I. Sultan Seri Alam 1340-1381
Raja II. Tengku. Raja Rokan 1381-1454
Raja III. Tengku Sutan Panglima Dalam 1454-1519
Raja IV. Tengku Sutan Sepedas Padi 1519-1572
Raja V. Tengku Sutan Gemetar Alam 1572-1603
Raja VI. Yang Dipertuan Sakti Mahyuddin (Raja Pertama dari Pagaruyung) 1603-1645
Raja VII. Yang Dipertuan Sakti Lahid 1645-1704
Raja VIII. Tengku Sutan Rokan (Pemangku) 1704-1739
Raja IX. Yang Dipertuan Sakti Selo 1739-1805
Raja X. Andiko Yang Berempat (Wakil) 1805-1817
Raja XI. Dayung Datuk Mahudun Sati (Pemangku) 1817-1837
Raja XII. Yang Dipertuan Sakti Ahmad 1837-1859
Raja XIII. Yang Dipertuan SaktiHusin 1856-1880
Raja XIV. Tengku Sutan Zainal (Pemangku) 1880-1903
Raja XV. Yang Dipertuan Sakti Ibrahim 1903-1942
Bukti Sejarah Peninggalan Kerajaan Rokan  terletak di Desa Rokan IV Koto yaitu Istana Rokan ,jaraknya sekitar 46 km dari Pasirpengaraian. Istana Rokan adalah peninggalan dari kesultanan “Nagari Tuo” berumur 200 tahun. Istana dan beberapa rumah penduduk sekitar ini memiliki koleksi ukiran dan bentuk bangunan lama khas Melayu (Rumah tinggi).

\ Gazali pewaris Kerajaan Rokan IV Koto (Salinan dari catatan Sejarah Rokan IV Koto)
\

KERAJAAN KEPENUHAN

, ,

Kerajaan Kepenuhan terdapat di Kabupaten rokan Hulu, Kerajaan Kepenuhan diperintah oleh Raja, berikut Raja yang pernah memerintah di Kepenuhan :

Raja I.     Raja Purba
Raja II.    To' Permaisuri
Raja III.   Raja Aru
Raja IV.  Datuk Negeri Tingga
Raja V.    Maruhum Sultan Sulaiman
Raja VI.   To' Maruhum kayo
Raja VII.  To' Maruhum Sultan Makulah Yang Dahulu
Raja VIII.  To' Sultan Makula Yang Dahulu
Raja IX.    To' Maruhum Sultan Sulaiman
Raja X.    Sultan Makula
Raja XI.  Sultan Sulaiman Yang Dipertuan Muda
Raja XII. Yang Dipertuan Besar (Yang Dipertuan Muda dari Pagaruyung)
Raja XIII. Datuk Maruhum Merah Dada
Raja XIV. Tengku Muda Sahak
Raja XV. Montuo Muda (Mencong)
Raja XVI. Tengku Sultan Sulaiman.

Sumber Catatan Sejarah Kepenuhan.
0

KERAJAAN RAMBAH

 , ,

Raja -raja yang pernah memerintah di Kerajaan Rambah :
Raja I. Yang Dipertuan Muda
Raja II. Yang Dipertua Besar
Raja III. Yang Dipertuan Djumadil Alam
Raja IV. Yang Dipertuan
Raja V. Yang Dipertuan Besar
Raja VI. Yang Dipertuan Besar
Raja VII. Yang Dipertuan Besar
Raja VIII. Yang Dipertuan Besar
Raja IX. YanG Dipertuan Besar Rambah
Raja X. Yang Dipertuan Djumadil Alam Sari 1901
Raja XI. Mohamad Syarif Yang Dipertuan Besar
Raja XII. Sultan Zainal Puan Kerajaan Rambah
Raja XIII. Sultan Mahmud Manjang
Raja XIV. Tengku Saleh Yang Dipertuan Besar Rambah.


 

KERAJAAN TAMBUSAI

 , ,

Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tambusai
Raja I. Sultan Mahyudin Gelar Mohamad Kahar (850-951M)
Raja II. Sultan Zainal
Raja III. Sultan Ahmad
Raja IV. Sultan Abdullah
Raja V. Sultan Syaifuddin
Raja VI. Sultan Abdurahaman
Raja VII. Sultan Duli Yang Dipertuan Tua
Raja VIII. Sultan Duli Yang Dipertuan Akhir Zaman
Raja IX. Sultan Duli Yang Dipertuan Saidi Muhamil
Raja X. Sultan Duli Yang Dipertuan Sakti
Raja XI. Sultan Duli Yang Dipertuan Ngagap
Raja XII. Sultan Duli Yang Dipertuan Akhir Zaman
Raja XIII. Sultan Duli Yang Dipertuan Djumadil Alam (Abdul Hamid)
Raja XIV. Sultan Duli Yang Dipertuan Besar
Raja XV. Sultan Abdul Wahid (1864-1887)
Raja XVI.Sultan Zainal Abidin (1887-1916)
Raja XVII. Sultan Ahmad (Glr T. Muhamad Silung 1916)
Raja XVIII. Yang Dipertuan Tengku Muhammad Yudo
Raja XIX. Tengku Ilyas Gelar Tengku Sulung.

(disusun dari sumber tertulis Terombo Siri pegangan Raja Tambusai dalam memimpin kerajaan, disimpan oleh Haji Tengku Ilyas, Gelar Tengku Sulung Raja Tambusai XIX)
Raja I s.d ke-4 kedudukan di Karang Besar, Raja ke-5 Pindah ke Tambusai lalu ke Dalu-dalu, pada masa Raja VII Sultan Yang Dipertuan Tua dibentuklah Datuk Non Berempat : Datuk Bendaharo, Datuk Rangkayo Maharajo, Datuk Paduko Sumarajo, Datuk Paduko Majolelo
Raja XV Sultan Abdul Wahid, mendirikan Istana darurat di Rantau Binuang, setelah di nobatkan Sultan Mohammad Zainal Abidin sebagai raja XVI Tambusai berkedudukan di Istana II di Rantau Kasai
(sumber executive summary Sejarah Perjuangan Sultan Mohammad Dzainal Abidin menentang Kolonial Belanda di Rokan - Riau - Indonesia 1887-1916, oleh Pemdaprov Riau, BKS Pekanbaru 2006)

putri tujuh

Putri Tujuh, Asal Mula Nama Kota Dumai

Puteri Tujuh
Dulu, Dumai hanyalah sebuah dusun nelayan yang sepi, berada di pesisir Timur Propinsi Riau, Indonesia. Kini, Dumai yang kaya dengan minyak bumi itu, menjelma menjadi kota pelabuhan minyak yang sangat ramai sejak tahun 1999. Kapal-kapal tangki minyak raksasa setiap hari singgah dan merapat di pelabuhan ini. Kilang-kilang minyak yang tumbuh menjamur di sekitar pelabuhan menjadikan Kota Dumai pada malam hari gemerlapan bak permata berkilauan. Kekayaan Kota Dumai yang lain adalah keanekaragaman tradisi. Ada dua tradisi yang sejak lama berkembang di kalangan masyarakat kota Dumai yaitu tradisi tulisan dan lisan. Salah satu tradisi lisan yang sangat populer di daerah ini adalah cerita-cerita rakyat yang dituturkan secara turun-temurun. Sampai saat ini, Kota Dumai masih menyimpan sejumlah cerita
rakyat yang digemari dan memiliki fungsi moral yang amat penting bagi kehidupan masyarakat, misalnya sebagai alat pendidikan, pengajaran moral, hiburan, dan sebagainya. Salah satu cerita rakyat yang masih berkembang di Dumai adalah Legenda Putri Tujuh. Cerita legenda ini mengisahkan tentang asal-mula nama Kota Dumai.
Konon, pada zaman dahulu kala, di daerah Dumai berdiri sebuah kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung. Kerajaan ini diperintah oleh seorang Ratu yang bernama Cik Sima. Ratu ini memiliki tujuh orang putri yang elok nan rupawan, yang dikenal dengan Putri Tujuh. Dari ketujuh putri tersebut, putri bungsulah yang paling cantik, namanya Mayang Sari. Putri Mayang Sari memiliki keindahan tubuh yang sangat mempesona, kulitnya lembut bagai sutra, wajahnya elok berseri bagaikan bulan purnama, bibirnya merah bagai delima, alisnya bagai semut beriring, rambutnya yang panjang dan ikal terurai bagai mayang. Karena itu, sang Putri juga dikenal dengan sebutan Mayang Mengurai.
Pada suatu hari, ketujuh putri itu sedang mandi di lubuk Sarang Umai. Karena asyik berendam dan bersendau gurau, ketujuh putri itu tidak menyadari ada beberapa pasang mata yang sedang mengamati mereka, yang ternyata adalah Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya yang kebetulan lewat di daerah itu. Mereka mengamati ketujuh putri tersebut dari balik semak-semak. Secara diam-diam, sang Pangeran terpesona melihat kecantikan salah satu putri yang tak lain adalah Putri Mayang Sari. Tanpa disadari, Pangeran Empang Kuala bergumam lirih, “Gadis cantik di lubuk Umai….cantik di Umai. Ya, ya…..d’umai…d’umai….” Kata-kata itu terus terucap dalam hati Pangeran Empang Kuala. Rupanya, sang Pangeran jatuh cinta kepada sang Putri. Karena itu, sang Pangeran berniat untuk meminangnya.
Beberapa hari kemudian, sang Pangeran mengirim utusan untuk meminang putri itu yang diketahuinya bernama Mayang Mengurai. Utusan tersebut mengantarkan tepak sirih sebagai pinangan adat kebesaran raja kepada Keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Pinangan itu pun disambut oleh Ratu Cik Sima dengan kemuliaan adat yang berlaku di Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Sebagai balasan pinangan Pangeran Empang Kuala, Ratu Cik Sima pun menjunjung tinggi adat kerajaan yaitu mengisi pinang dan gambir pada combol paling besar di antara tujuh buah combol yang ada di dalam tepak itu. Enam buah combol lainnya sengaja tak

diisinya, sehingga tetap kosong. Adat ini melambangkan bahwa putri tertualah yang berhak menerima pinangan terlebih dahulu.
Mengetahui pinangan Pangerannya ditolak, utusan tersebut kembali menghadap kepada sang Pangeran. “Ampun Baginda Raja! Hamba tak ada maksud mengecewakan Tuan. Keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung belum bersedia menerima pinangan Tuan untuk memperistrikan Putri Mayang Mengurai.” Mendengar laporan itu, sang Raja pun naik pitam karena rasa malu yang amat sangat. Sang Pangeran tak lagi peduli dengan adat yang berlaku di negeri Seri Bunga Tanjung. Amarah yang menguasai hatinya tak bisa dikendalikan lagi. Sang Pangeran pun segera memerintahkan para panglima dan prajuritnya untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Maka, pertempuran antara kedua kerajaan di pinggiran Selat Malaka itu tak dapat dielakkan lagi.
Di tengah berkecamuknya perang tersebut, Ratu Cik Sima segera melarikan ketujuh putrinya ke dalam hutan dan menyembunyikan mereka di dalam sebuah lubang yang beratapkan tanah dan terlindung oleh pepohonan. Tak lupa pula sang Ratu membekali ketujuh putrinya makanan yang cukup untuk tiga bulan. Setelah itu, sang Ratu kembali ke kerajaan untuk mengadakan perlawanan terhadap pasukan Pangeran Empang Kuala. Sudah 3 bulan berlalu, namun pertempuran antara kedua kerajaan itu tak kunjung usai. Setelah memasuki bulan keempat, pasukan Ratu Cik Sima semakin terdesak dan tak berdaya. Akhirnya, Negeri Seri Bunga Tanjung dihancurkan, rakyatnya banyak yang tewas. Melihat negerinya hancur dan tak berdaya, Ratu Cik Sima segera meminta bantuan jin yang sedang bertapa di bukit Hulu Sungai Umai.
Pada suatu senja, pasukan Pangeran Empang Kuala sedang beristirahat di hilir Umai. Mereka berlindung di bawah pohon-pohon bakau. Namun, menjelang malam terjadi peristiwa yang sangat mengerikan. Secara tiba-tiba mereka tertimpa beribu-ribu buah bakau yang jatuh dan menusuk ke badan para pasukan Pangeran Empang Kuala. Tak sampai separuh malam, pasukan Pangeran Empang Kaula dapat dilumpuhkan. Pada saat pasukan Kerajaan Empang Kuala tak berdaya, datanglah utusan Ratu Cik Sima menghadap Pangeran Empang Kuala.
Melihat kedatangan utusan tersebut, sang Pangeran yang masih terduduk lemas menahan sakit langsung bertanya, “Hai orang Seri Bunga Tanjung, apa maksud kedatanganmu ini?”. Sang Utusan menjawab, “Hamba datang untuk menyampaikan pesan Ratu Cik Sima agar Pangeran berkenan menghentikan peperangan ini. Perbuatan kita ini telah merusakkan bumi sakti rantau bertuah dan menodai pesisir Seri Bunga Tanjung. Siapa yang datang dengan niat buruk, malapetaka akan menimpa, sebaliknya siapa yang datang dengan niat baik ke negeri Seri Bunga Tanjung, akan sejahteralah hidupnya,” kata utusan Ratu Cik Sima menjelaskan. Mendengar penjelasan utusan Ratu Cik Sima, sadarlah Pangeran Empang Kuala, bahwa dirinyalah yang memulai peperangan tersebut. Pangeran langsung memerintahkan pasukannya agar segera pulang ke Negeri Empang Kuala.
Keesokan harinya, Ratu Cik Sima bergegas mendatangi tempat persembunyian ketujuh putrinya di dalam hutan. Alangkah terkejutnya Ratu Cik Sima, karena ketujuh

putrinya sudah dalam keadaan tak bernyawa. Mereka mati karena haus dan lapar. Ternyata Ratu Cik Sima lupa, kalau bekal yang disediakan hanya cukup untuk tiga bulan. Sedangkan perang antara Ratu Cik Sima dengan Pangeran Empang Kuala berlangsung sampai empat bulan.
Akhirnya, karena tak kuat menahan kesedihan atas kematian ketujuh putrinya, maka Ratu Cik Sima pun jatuh sakit dan tak lama kemudian meninggal dunia. Sampai kini, pengorbanan Putri Tujuh itu tetap dikenang dalam sebuah lirik:
Umbut mari mayang diumbut
Mari diumbut di rumpun buluh
Jemput mari dayang dijemput
Mari dijemput turun bertujuh
Ketujuhnya berkain serong
Ketujuhnya bersubang gading
Ketujuhnya bersanggul sendeng
Ketujuhnya memakai pending
Sejak peristiwa itu, masyarakat Dumai meyakini bahwa nama kota Dumai diambil dari kata “d’umai” yang selalu diucapkan Pangeran Empang Kuala ketika melihat kecantikan Putri Mayang Sari atau Mayang Mengurai. Di Dumai juga bisa dijumpai situs bersejarah berupa pesanggarahan Putri Tujuh yang terletak di dalam komplek kilang minyak PT Pertamina Dumai. Selain itu, ada beberapa nama tempat di kota Dumai yang diabadikan untuk mengenang peristiwa itu, di antaranya: kilang minyak milik Pertamina Dumai diberi nama Putri Tujuh; bukit hulu Sungai Umai tempat pertapaan Jin diberi nama Bukit Jin. Kemudian lirik Tujuh Putri sampai sekarang dijadikan nyanyian pengiring Tari Pulai dan Asyik Mayang bagi para tabib saat mengobati orang sakit

Sabtu, 23 April 2011

sejarah rokan


Sejarah RokanRokan adalah nama sebuah sungai yang membelah pulau Sumatera di tengah, akan bermuara di Pulau Utara (Selat Malaka.Kawasan ini merupakan wilayah Kerajaan Rokan Lama, diketahui ada dari abad ke-13, ketika itu dicatat dalam esai "Negara Kertagama" Prapanca, yang ditulis pada 1364 M, ayat 13 menyatakan: "seluruh Pulau Sumatera (Melayu) telah menjadidaerah di bawah kekuasaan Majapahit meliputi: ... gerakan (Rokan) ...".Rokan juga disebut dalam sumber-sumber tertulis lainnya seperti Annals of China, serta roteiros (buku panduan laut) Portugis (Marguin 1984).Sampai saat ini nama Rokan juga masih ada seperti dapat dilihat dalam pengembangan Lama Kerajaan Rokan sampai sekarang.Menurut Muchtar Lutfi, Wan Saleh dalam sejarah Riau, Rokan bahwa raja abad ke-14-15 adalah keturunan Sultan Sidi saudara Sultan Sujak dijelaskan dalam Sulalatus Salatin, yang menyatakan bahwa raja adalah putra Sultan saudara Sidi Rokan Sultan Sujak.Kerajaan Rokan berbasis di Koto Intan, sebuah tempat di dekat Kotolamo dan berpindah-pindah ke Pekaitan dan akhirnya pindah ke Rantau Kasai (di Siarang-arang)Setelah itu tidak ada menyebutkan nama Kerajaan Rokan lagi.Sampai diketahui bahwa daerah Rokan Hilir dan Rokan berkembang ke Rokan Kanan, Rokan Hilir terbagi menjadi tiga kerajaan: Kerajaan Kubu, Teluk Merbau ibunegerinya, Kerajaan Bangko ibunegerinya pembantaian dan Kerajaan Tanah Putih, Tanah Putih ibunegerinya.Rokan Hulu terdiri dari lima kerajaan, yaitu: Kerajaan Tambusai ibunegerinya Dalu-Dalu, Rambah ibunegerinya Pasirpengarayan Kingdom, Kerajaan Kepenuhan ibunegerinya Kototongah, Kerajaan Rokan IV Koto, Rokan ibunegerinya, dan Kerajaan Kuntodarussalam ibunegerinya Kotolamo.Pada masa kolonial Rokan Hulu wilayah dibagi menjadi dua yaitu: Hak Rokan Wilayah terdiri dari 3 kerajaan, dan kerajaan Tambusai, Rambah Kerajaan, dan Kerajaan Kepenuhan tersebut. Rokan Kiri wilayah menjadi 2 kerajaan, yaitu: Kerajaan Rokan IV Koto, Kuntodarussalam Kerajaan, dan ditambah dengan desa-desa di Kerajaan Siak dan Kabun status Tandun sebagai wali.Sampai sekarang kawasan ini terbagi dalam Rokan Hilir dan Kabupaten Rokan Hulu.Pada abad 17-18 ada keinginan dari seorang pejuang bernama Sultan Zainal Abidin Syah untuk menyatukan komunitas ini Rokan Hulu untuk streaming, tetapi mendapat perlawanan dari Kerajaan Siak pada domba perkelahian Kolonial Belanda.Jadi dengan keadan demikian, ada penangkapan Sultan Zainal Abidin Syah untuk dibawa ke Madison dan meninggal di sana.Dari kilas balik sejarah Web telah dibuat.Terancam pengembangan kawasan di sepanjang Sungai Rokan akan berkembang di pemerintahan, tetapi masih memiliki semangat Kebudayaan Sungai Rokan.Menurut data dari Junaidi Syam Jon Kobet /, yang telah menjelajah sungai dari Hulu, Rokan Hilir Untuk memiliki catatan perjalanan yang dalam tim ekspedisi Sungai Rokan.
Junaidi Syam mengatakan ada beberapa kerajaan yang pernah menempati daerah tertentu di sepanjang Sungai Rokan sebagai tempat kekuasaan raja, sedangkan daerah yang adalah sebagai berikut: Pekaitan, Batuhampar, Bangko, Kubu, Tanahputih, Tanahputieh, Tolukmego, Sintong; Sintung, Padanggelanggang ; Padanggolanggang, Siya-ang; Siarangarang, Rantaubonuang; Rantaubinuang, Antaubinuang, Koponuhan; Koponuan, Koponoan, Kepenuhan, Rambah, Kototinggi; Kotatinggi, Pantaicomin; Pantaicermin, Rantaukasai; Antaukasai, Karangbosa; Harangbosar, Harangjulu, Tombusai; Tomusai, Tambusai, Kunto ; Kunto Darussalam, Kotolamo, Katolamo, Kotalama, Lubukbondaro; Lubukmonaro, Lubukbonao, Lubukbendahara, Rokan; Langgak Kerajaan Oken, Kerajaan Kolambukuniang,; Okan